Sabtu, 22 Oktober 2011

COVER BOTH SIDES, PLEASE..





Kehidupan kos mengharuskan berbagai macam karakter orang berkumpul di satu atap, tak hanya karakter, begitu juga ras, agama, daerah asal dan suku. Masing-masing orang membawa karakternya sekaligus kebiasaan yang biasa dia lihat, dengar, pahami dari daerah asalnya. Itulah mengapa perbedaan seringkali jadi hal besar. Apalagi kalau sudah menyangkut rasa sensitif, jadi tersinggung terus akhirnya malah diam-diaman..

Sedih ngga kalau harus serumah, ketemu setiap hari dengan orang yang lagi berantem atau perang dingin sama kita. Sedih kan? Hal yang berhasil saya pelajari dari bertahun mengenyam kehidupan anak kos adalah : usahakan kamu menempati kamar sendiri. Karena belum tentu kan orang yang satu kamar denganmu cocok dalam hal segalanya? Mungkin dia kesal karena kamu jorok, atau suka dengerin musik keras-keras pada waktu teman sekamarmu itu belajar atau tidur. Mungkin dia juga jengkel kalau kamu telepon-teleponan malem-malem apalagi sambil nangis-nangis... gimana ngga bingung coba?

Privasi dalam ruang pribadimu itu perlu kan? Nah makanya mending milih kamar sendiri :) Dan saya juga sangat setuju dalam setiap hubungan pertemanan hendaknya tetap ada jarak, dekatnya jangan too much lah karena yang begitu malah lamaaa kalau musuhan, biasanya sih :)

Nah temen sekos saya juga ada yang dulunya duekeeeeettt banget. Oke deketnya beempat sih sama saya juga, tapi berhubung saya orangnya lebih sering di kamar ngurusin tugas atau baca buku (gejala antisosial apa yah?). Apa-apa bareng, kemana-mana bareng, curhat apapun berdua, dari awal udah komit apapun yang ganjel bakalan diomongin. 

Saya yang akhirnya berhasil tahu apa masalah sebenarnya berakhir pada lingkaran obrolan hati ke hati, tangis yang membanjir dan tisu yang banyaknya mirip dengan tumpukan sampah di Bantar Gebang. Problem solve? Nanti dulu, setelah minta maaf karena semua salah serta semua ganjalan yang ngga langsung diomongin hubungan mereka berdua NGGA PERNAH SAMA LAGI dengan sebelumnya. Saya jujur saja sangat menyayangkan ini.

Selepas renggangnya , saya memang lebih dekat dengan semua penghuni kos dibanding dengan si A yang ala kadarnya. Dan entah kenapa juga kok menurut saya orang-orang kos rata-rata ngga begitu cocok gitu. Entah karena faktor apa. Misalnya aku ini barangnya ketinggalan di kamar mandi mereka langsung bilang ke orangnya kalau barangnya ketinggalan. dan dengan nada keras (siapa yang gak sebel coba)!

Entah.. dan selama itu juga hubungan saya dan si A tetap baik, masih seperti dulu. Masih jalan-jalan bersama atau nonton film . Meskipun hanya segelintir orang yang mau menjalin komunikasi dengan saya, termasuk si A, tetapi saya tahu si A ini juga orang baik. 

Hal yang berhasil saya pahami adalah : 
SETIAP KEBAIKAN AKAN BERBALIK MENGHASILKAN SESUATU YANG SAMA BAIKNYA.  SEKECIL APAPUN KEBAIKAN ITU. Sejatinya bukankah setiap manusia akan bersikap baik pada yang bersikap baik padanya? Be friendly, pada siapapun.. jangan sampai kita menjudge macam-macam pada seseorang hanya dari cerita orang lain. Bagaimanapun cerita itu, seburuk apapun 'katanya' yang sampai ke telinga kita.  
COVER BOTH SIDES, PLEASE...

Setiap manusia ada di zona abu-abu kan, tak selalu hitam tak selalu putih... manusia yang mana? Ya kita :)
Toh kita juga ngga mau kan dinilai seseorang hanya berdasarkan 'katanya'. Tanpa memberi kesempatan bagi kita untuk mengklarifikasi..

Mengutip kalimat dari seorang teman baik saya yang saya pikir patut untuk saya ingat : 
Hidup bersama banyak orang dengan berbagai macam perbedaan itu susah, kawan.. mesti banyak ngerem mulut dan nahan hati..

JUST A STUPID POSTING #1


Mencoreti jendela lagi, memutuskan di malam minggu berdiam dalam sepetak tempat di dunia nyata dan setapak tempat dalam jendela, bersama es teh tawar.. satu gelas besar. 
Segarnya masih seperti biasa, tapi kali ini tawarnya juga ikut terasa, padahal saya sudah terbiasa dengan rasanya selama bertahun.

Kadang-kadang saya benar-benar terpaku pada segala pikiran tentang jalan yang akan saya lalui.
Apa yang akan saya lakukan setelah ini... Bagaimana dengan tugas"... Bagaimana dengan segala hal yang ingin atau harus saya lakukan nanti. Apa.....

Minat kadang begitu susah ditapaki dalam keadaan bimbang.

Rentetan gagasan dikepala saya, ah bukan soal dunia tempat saya berdiri sendiri. Melongok keluar jendela dan menyelami hati. Bukan seperti itu....

dunia akademis.

Dunia akademis adalah sesuatu yang terus muncul dalam kepala saya, namun ketika satu persatu sudah dilalui... lega itu ada. Entah ini soal ujian sebentar lagi atau bagaimana. Saya merasa... penuh. Entahlah.

Dan segala yang penuh itu memberat dikepala, mestinya segala hal yang bisa akan dengan mudah dilalui... dengan optimis... tidak saya persulit sendiri. Kadang rasanya cukup buruk ketika obrolan semua orang sudah menyangkut tugas".

Entah apa ini rasanya..


         written by intan sintia~

mendung kali ini begitu tidak biasa.



_____________________________________


#22
Hai jendela.... 
Jadi tinggal kamu dan saya malam ini. Koreksi, ini sudah dini hari. Seharian segala hal kacau, tidak sesuai dengan daftar hal-hal yang saya targetkan harus tercapai. Siang tadi penuh dengan kepunahan. Serta semangat yang lenyap sementara saya harus mulai dari awal memunguti reruntuhan itu untuk menjadikannya rencana bangunan baru, kemudian secara bertahap mewujudkan semuanya.
Tapi saya ini entah kenapa susah sekali menemukan kepingan nyala api yang harus ada sebelum seonggok kayu kering menyala menjadi api unggun. Dan kemudian kebakaran besar menyusul dibelakangnya.
Atau saya yang salah... tidak lupa membuat rencana kedua tapi lupa mengalengkan cadangan kobar semangat.
Layar beku dan buku-buku itu kehilangan aroma mistis yang membuatnya memikat. Saya merana tiba-tiba.
Semester akhir yang... entahlah.
Pasti saya bisa pada akhirnya.
Membangun dengan benar rencana baru, atau yang lebih baru dari yang baru itu.
Dan akhir minggu ini pastilah cerah.
Saya harap.