¶       Akhir Yang Menyesakkan
Enjoy this post
Bagian III (Sehari Bersama)
Akhirnya aku pun mendapat  jawaban yang sangat perih bahwa besok memang benar-benar tidak ada waktu  bagiku bersama ayah.  Dandi pun belum menelepon, mungkin dia masih  sangat sibuk dengan persiapan skripsinya.  Mendung pun terlihat di balik  jendelaku.  Kicauan buruk peliharan ayahku, dan jeritan monyet yang  berasal dari teras belakang benar-benar membuat suasana sangat sunyi,   Gemericik air mancur yang ada persis di taman belakang dekat ruang  makan semakin membuat perasaanku seolah-olah ingin mengalir bersama  tangisan.
Waktu pun terus bergulir, tak  terasa senja menghampiriku di pelupuk langit.  Ku tutup jendela kamarku,  dan terdengar suara ring tone memanggil dari telepon genggamku.   "Dandi!!"  Ucapku dengan semangat kemudian ku angkat untuk memulai  percakapan.  Entahlah tiba-tiba ku merindunya.
"Halo cantik ! "  Sapa Dandi dengan lembutnya.
"Halo Onyet ganteng! Baru selesai yah sayang tugasnya?"  Tanyaku dengan manja
"Apa?  Sayang? Kamu manggil aku sayang?"  Ledeknya dengan nada yang sangat  terkejut.  Aku memang jarang mengeluarkan kata-kata sayang untuknya,  mungkin karena aku terlahir sebagai wanita yang sangat cuek.
"Ndi, besok kayaknya kita bisa deh jalan!"  lanjutku.
"Serius cantik? Oke, aku bakal nganterin kamu kemana aja yang kamu mau!"  Jawabnya dengan suara yang teramat gembira.
"Mending tentuin aja dari sekarang kamu mau kemana" tanyannya kembali.
Kami pun diam beberapa saat,  terdiam karena bingung menentukan tujuan yang akan kami singgahi, namun  tiba-tiba dengan spontannya Dandi mencetuskan satu ide yang membuatku  akhirnya tersenyum
"Kita ke Ragunan aja cantik! Nah kamu kan gak pernah tuh liat uwa aku uwa Gorila! Hahah" Ucapnya sambil tertawa.
"Ah iya, iya aku mau, mau banget!"  Jawabku lukas.
****!!!!****
Keesokan paginya setelah ayahku  berangkat bekerja, ku beranikan diri meminta izin untuk pergi bersama  Dandi.  Dengan semangat 45 yang cukup menyita tenaga akhirnya ibu  mengizinkanku pergi bersamanya asal tidak lewat dari pukul 17:00.  Bagi  ayah ibuku pukul 17:00 adalah waktu terlama untukku menghabiskan waktu  di luar.
Setelah memastikan kondisi siap  aman terkendali untukku jalan bersama Dandi, pukul 10 Dandi pun  menjemputku.  Sebelumnya meminta izin kepada ibu untuk mengajakku  keluar, dengan gaya selengeannya Dandi selalu membuat ibuku jengkel tapi  tetap tersenyum.
"Assalammualaikum calon ibu mertua!"  Ucapnya dengan lenjeh.
"Waalaikumsalam!"  Jawab ibuku dengan memasang muka kecut.
"Ibu,  Dandi izin bawa anak ibu jalan-jalan ya! Dijamin pulang masih kinclong,  mulus, dan original luar dalam!"  Rengeknya dengan manja.
"Iya,  tai inget..."  Belum selesai berbicara, Dandi langsung menyerobot  menyelesaikan kalimat yang rupanya sudah tidak asing baginya, "Inget  kalo harus sampai rumah jam 5 sore! Iya kan??." "Bagus kalo udah tau!"  Jawab ibuku dengan muka tegasnya.
Setalah berpamitan, kami pun  berangkat.  Mobil yang dikendarai Dandi pun perlahan meninggalkan  rumahku.  Selama berada di perjalanan, kami hanya tertawa dan terlibat  percakapan lucu yang hangat.  Ini yang membuatku merasa sangat nyaman  bersamanya.  Dia selalu bisa membuatku tersenyum bahkan tertawa lepas  sampai aku pun terkadang bisa melupakan semua beban yang sedang aku  alami.  Selalu ada cerita konyol yang dia berikan untukku, selalu ada  celotehan manja yang terkadang suka membuatku risih namun jujur aku  sangat merasa dia benar-benar ada untukku saat celotehan manjannya  hinggap di tengah perbincangan.
Setelah menjalani perjalanan  jauh menuju Kebun Binatang Ragunan, kami pun berjalan mengelilinginya.   Sesekali mencoba beberapa wahana permainan seperti kereta-keretaan,  atau menaiki gajah.  Tapi ada satu yang belum kesampaian yakni melihat  Ggorila.  Aku memang belum pernah melihat gorila secara langsung.  Hanya  gambar gorila di TV atau poster-poster yang sering aku lihat.
Setelah sampai di kandang  gorila, aku pun langsung terbahak-bahak dengan hebohnya melihat  penampakan tubuh gorila  yang besar dengan kelakuannya yang super lucu.   Saat itu Dandi menghentikan tawaku dan berkata " Seneng banget bisa  lihat kamu ketawa lepas gini!".  Aku pun menghentikan tawaku dan  merubahnya menjadi senyum dan menjawab "Iya, aku seneng banget!  Makasih  yah Ndi, selalu bisa bikin aku ketawa."
Setelah puas melihat-lihat dan  berfoto di pinggir kandangnya, kami pun bergegas untuk meninggalkan area  kebun binatang.  Kakiku rasanya sangat kaku, pegal karena berjalan  sangat jauh.  Aku juga melihat kelelahan yang sama di raut wajah Dandi.
"Ndi capek yah??" tanyaku dengan penuh perhatian
"Enggak kok, malah aku lihatnya kamu yang kecapean."
Tiba-tiba Dandi membungkuk membelakangiku 
"Ayok naek, aku gendong!"  
Aku pun hanya bisa berdiri terpaku dan dengan jengkelnya berkata
"Ah apaan sih!! Gendong segala! Malu ah!!"
"Udah cepetan naik!!"  Lukasnya  sambil menarik kedua tangankku dan benar-benar menggendongku.  Namun  belum jauh jarak yang ditempuh Dandi sudah mulai menyerah kelelahan.   Dia pun membeli air meneral yang berukaran 1 liter.  Aku pun  teheran-heran dan bertanya dengan muka kebingungan "Ih, buat apaan ini  beli airnya gede banget!" Dandi pun mejawab dengan gaya selengeannya  "Ye, gak apa-apa kan kita bukan onta yang punya penampung air di  punduknya, jadi kita beli aja yang gede, perjalanan kita kan masih  jauh!!"
Setelah puas mengelilingi kebun  binatang, Dandi pun mengajakku makan es krim klasik di Jalan Veteran.  Tempat ini menjadi tempat favorit kami berdua untuk menghabiskan waktu  sepulangku les.  Tempat yang penuh kenangan manis semanis es krim yang  ditawarkan.  Aku pun melahap es krim dengan cita rasa mocca kesukaanku,  sepanjang menyantap es krim Dandi benar-benar menghiburku dengan  cerita-cerita lucunya ketika harus berhadapan dengan dosen  pembimbingnya.
Cerita itu pun harus berakhir  ketika aku melihat jam tua yang terpampang membisu di sudut ruangan di  tempat es krim itu "Hah, udah jam 4!!" Ucapku dengan penuh ketakutan.   Dandi pun masih dengan santai dan memegang tanganku " Tenang yah  cantik, semua akan baik-baik aja.  Percaya sama aku, ayah sama ibu gak  akan marah sama kamu cuma gara-gara anak gadisnya telat pulang.  Percaya  deh!" 
Aku hanya bisa tersenyum kecil.   Setelah menghabiskan semuanya, kami pun bergegas kembali ke rumah.  Suasana Jakarta yang macet membuatku merasa sangat kelelahan dan panik.   Sampai-sampai aku pun tertidur di sepanjang perjalanan.  
Tak terasa aku sudah sampai di  depan rumah.  Dandi yang meilhatku tertidur tak sampai hati  membangunkanku, sampai akhirnya aku terbangun sendiri saat merasakan AC  mobil yang mati.  "Kok gak bangunin aku Ndi??"  Tanyaku yang masih  setengah sadar.  "Aku gak tega lihat muka polos kamu yang  kecapean."jelasnya.
Mataku pun tertuju ke arah teras  rumah.  Ku lihat mobil sedan merah terparkir di depan rumahku.   Nampaknya ayah sudah pulang.  Aku pun langsung di landa kepanikan,  karena aku melihat ada beberapa SMS masuk yang dikirimkan oleh ibuku  untuk mengingatkanku pulang.  Raut mukaku kembali memucat, Dandi yang  menyadari kepanikanku langsung memegang pundakku dan berkata "Kalo aja  kamu ngizinin aku buat ketemu sama ayah, aku bakal bilang sama ayah kamu  dan minta maaf sebisa aku karena udah balikin putri kecilnya gak tepat  waktu.  Tapi aku percaya sama kamu cantik, kamu pasti bisa ngeluluhin  hati ayah kamu.  Entar malem kalo aku udah di rumah aku telepon kamu  yah!".
Lagi-lagi aku hayna dapat  tersenyum.  Ku beranikan diriku keluar dari mobil Dandi.  Tubuhku  gemetar.  Ini kali pertama aku pulang telat, kali pertama sejak ayah  tidak menegorku karena aku pulang telat akibat terlalu asik bermain footsal  saat aku SMP dulu.  Aku pun tak tahu apa yang harus aku katakan, dan  hukuman apa yang akan aku dapatkan.  Aku benar-benar berada di titik  ketakutanku.
***************BERSAMBUNG************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar