Selasa, 21 Juni 2011

Saya dan Ibu

Enjoy this post

Berbicara mengenai ibu saya rasa siapa pun yang terlahir di dunia ini pasti memiliki ibu. Mau panggilannya ibu, mama, bunda, emak, enyak atau apalah yang jelas kata kuncinya adalah IBU.  Saya akan sedikit menulis tentang saya dan ibu saya, emmm tidak tidak bukan menulis tepatnya curhat colongan alias curhat.

Saya dan ibu saya memiliki kesamaan yang minim namun ketidaksamaan yang tidak terbatas.  Kesamaan itu jelas saya dapat dari perpaduan gen yang bersemayam di dalam diri saya.  Saya bingung harus menggambarkan ibu saya seperti apa, yang jelas ibu saya hanya wanita biasa yang terlahir dari keluarga biasa, namun berusaha untuk menjadi ibu yang luar biasa dengan cara yang tidak biasa (hitunglah kata biasa dalam kalimat tersebut, hehe)

Ibu saya berusaha untuk menjadi ibu yang luar biasa dengan cara yang tidak biasa.  16 tahun saya mengenal sosok beliau, tapi jujur saya terkadang tidak bisa memahami jalan pikirannya.  Jika kalian menyimak tulisan-tulisa yang pernah saya buat, kalian pasti tahu bahwa saya adalah anak yang cenderung lebih dekat dengan ayah.

Ibu saya Rawk en Rawll.  Ya ibu saya sedemikian rawk en rawll tapi melankolis.  Ibu saya cenderung lebih keras mendidik saya, saya paham karna saya tahu bagaimana perjalan hidup yang pernah dilalui beliau.  Saya sangat menghargai keputusan beliau meski terkadang cekcok sering kami lewati, tapi semua saya lakukan bukan karna saya ingin menjadi anak pembangkang tapi, karna terlalu sulit untuk saya menafsirkan kebaikan-kebaikan yang ingin disampaikannya.

Ibu saya tahu saya belum melewati fase puncak seorang wanita.  Fase puncak dimana lelahnya dia mengandung, sakitnya dia melahirkan, dan gelisahnya dia merawat anaknya. Saat ini saya memang mudah membangkang, mudah untuk melawan segala sesuatu yang saya angap baik untuk diri saya namun tidak untukmu karena saya belum merasakan fase-fase tersebut.

Ibu tahu saya sangat sedih bahkan menangis sejadinya dalam ruang kecil ketika saya sangat sulit menerima maksud baik ibu.  Entahlah ibu, caramu yang salah atau aku yang terlalu cengeng karna aku terbiasa dimanja, dan diberikan kata-kata yang lembut oleh ayah ketika beliau menasehati saya dengan penuh kebapaan.

Ibu saya iri bahkan sangat iri ketika teman-teman saya menceritakan keakraban mereka bersama ibunya.  Bercerita segala hal mulai dari urusan sekolah sampai pacar.  Saya iri ibu, mengapa saya merasa memiliki sekat yang terlalu tebal untuk bercerita banyak hal padamu.  Mengapa saya lebih memilih untuk menahannya dan membiarkan otak saya berpikir dengan liar untuk melupakan semua masalahnya.  Saya iri ibu, saya benar-benar iri.

Ibu saya rindu saat saya menemani ibu berbelanja dari satu toko ke toko lain bersama ibu, meski terkadang ibu memarahi saya karna saya payah dan tidak memiliki naluri berbelanja yang kuat, tapi saya benar-benar rindu.

Ibu saya takut kehilangan ibu, saya sudah melewatkan banyak waktu tanpa moment indah bersama ibu.  Saya tidak ingin pikiran saya berpikir dengan liarnya menyalahkan sikap dan cara ibu mendidik, melindungi dan mengkhawatirkan saya.

Saya memang bukan anak baik, tapi saya berusaha untuk menjadi yang terbaik dengan cara yang lebih baik.  Cara yang lebih baik yang bisa diterimamu ibu sehingga tak ada lagi cekcok di atara kita.  Saya sakit ibu, jujur sakit ketika saya harus tersadar bahwa saya sulit menerima nasehatmu yang sering engkau gambarkan dengan cara yang krang tepat.

Ibu saya belum jadi ORANG, saya belum bisa berdiri sendiri, jangan tinggalkan saya ibu, jangan pernah tinggalkan saya.  Saya akan berusaha menjadi anak yang menerimamu apa adanya dengan segala keterbatasan yang engkau miliki, sama seperti dirimu menerima saya dengan segala keterbatasan, kedunguan, dan kenakalan yang saya miliki.

Saya cuek ibu cuek, tapi saya tahu dan ibu pun tahu bahwa cuek bukan berarti apatis.  Saya terlalu gengsi dan ibupun terlalu gengsi, saya selalu ada untuk ibu di setiap sujud saya pada Sang Khalik, dan saya pun pasti selalu ada di 24 jam waktu yang ibu miliki.

Ibu, saya akan berusaha menjadi apa yang ibu mau.  Anak perempuan yang kemayu, sopan, cerdas, ramah, disayang semua orang dan berdiri sendiri setelah kepergian ayah dan ibu.

Maaf jika saya terlalu membuat ibu cemburu karna cenderung lebih dekat dengan ayah.  Buat saya ayah adalah ibu, dan ibu adalah ayah.  

Allah, 
Terimakasih untuk seorang ibu yang sabar, bahkan sangat sabar.
Terimakasih untuk seorang ibu yang sangat kuat, melebihi kekuatan apa pun yang pernah saya temui.

Allah,
Rendahkanlah suara ini saat hati ini memberontak padanya
Mudahkanlah pikiran ini untuk membaca caranya mencintai, melindungi, dan mengkhawatirkan raga ini

Allah,
Tolong ciptakan Saja beliau untuk saya jika nanti Engkau menghendaki ada kehidupan kedua.

 


Ibu,
ntan dan ayah bakal selalu ada untuk ibu!!
I love you :)
Andai ibu baca tulisan ini -___-"























__________________________________________________________________________

Saya anak yang mencintaimu dengan segala keterbatasan yang tercipta karna kedunguan 
Saya anak yang mencintamu dengan segala kelebihan yang tercipta karna kebesaran cinta


Majalengka, 19 Februari 2011
Pukul 1:08 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar